no fucking license

Search This Blog

Archive

Bookmark

Merayu dengan Kopi

Merayu dengan Kopi


Isteriku selalu membuatkanku kopi dan meletakkannya di meja kerjaku sebelum ia berangkat kerja. Setiap pagi dan sore. Aroma kopi buatannya seperti biasa selalu membuatku terbangun, tersemangati. Karena favoritku adalah kopi, aku menggoda isteriku juga dengan kopi. Ketika ia bekerja, aku me-WA –nya begini.

“Kopiku kok pahit, ya, Ma?”

“Loh, kok bisa?” Tanya isteriku.

“Tapi biasanya gak kok! Mama sudah cicipin seperti biasanya!” Lanjutnya.

“Entahlah, tapi kenapa kali ini kok pahit ya?”

“Hmm. Ya, sudah. Tambahi gula sendiri, ya.”

Sepertinya ia kecewa.

“Tapi, kalau ada Mama dekat ayah, kok manis ya?”

“Huh, dasar! Gombal!”

Pasti dia tersenyum sipu-sipu dengan sedikit memerah pipinya.

Sepulang kerja, ia langsung mendekatiku. “Mana kopinya yang terasa pahit?”

“Karena ada Mama, sekarang terasa manis.”

“Dasar, gombal tok!”

 

 


Patut disyukuri, kopi pun bisa dibuat bahan menggombal. Petikan cerita singkat di atas sebagai awalan untuk membuka wacana tentang kopi. Untung Nabi Adam membawa bibit kopi dari surga sehingga bisa dinikmati seduhannya juga dinikmati citarasa surgawinya.

Kopi baru dikenal seribu tahun sebelum Masehi. Tepatnya di Afrika Timur, pada sekelompok suku Galla. Mungkin ada catatan sejarah yang hilang karena diketahui sejarah bahwa Nabi Adam diturunkan dari surga di India, bukan di Afrika. Kopi sebagai minuman penyemangat disebarkan bangsa Arab sekitaran tahun tujuh ratus Masehi. Bermula di Yaman, tepatnya di daerah Mocha. Keren, perjalanan kopi ini. Pantas saja ada nama Mochacino.

Kopi sebagai minuman pertama kali diacarakan pada masa kesultanan Ustmaniyah, Turki setelah sebelumnya menyebar rata di Mekah dan Madinah. Paus Clement VIII menolak budaya minum kopi. Ia menganggapnya bid’ah dan berdosa bagi yang meminumnya karena dianggap budaya asing, tapi kemudian ia pula yang mengizinkan sebagai budaya bagian dari yang halal dilakukan oleh kristiani.

Melalui perdagangan, kopi meluas ke India, Belanda, Italia, Srilanka, Amerika Utara, Prancis, Inggris, Jerman bahkan hampir ke semua negara di dunia. Kedai kopi pertama baru dibuka di Venice, Italia. Tapi, entah mengapa perempuan di London, Inggris, menjalankan petisi menentang kopi. Aneh. Bisa jadi karena suami-suami mereka jarang pulang menunggui kafe menikmati kopi mereka berlama-lama.

Ilmuwan pertama yang terlibat dengan kopi adalah Ibnu Sina (Avicenna). Menurutnya, kopi yang baik dan unggul mesti berwarna kuning dan bobotnya ringan. Adapun kopi berwarna putih dan cenderung berat adalah yang buruk. Dia mengakui beberapa manfaat meminum kopi, antara lain dapat mempertahankan kesehatan tubuh, membuat kulit menjadi bersih, dan mengurangi kelembaban kulit. Aroma kopi juga dinilainya menstimulus kesehatan tubuh dan pikiran. Dan, satu lagi, bisa jadi bahan menggoda isteri. Hehehe.

Jenis kopi yang dikenal pertama adalah Arabica, baru kemudian jenis kopi yang lain seperti Robusta, Liberika, dan Ekselsa. Dari jenis-jenis tersebut kemudian menjadi seduhan kopi yang bermacam-macam seperti Espresso, Americano, Cappucino, Latte, Moccachino, Red/Black Eye, Affogatto, dan sebagainya.

Menyebut kopi juga beragam dari berbagai negara. Semisal Arab, kopi bernama Gahwah, Caffe (Italia), Kahve (Turki), koffie (Afrika, Belanda), kaffee (Jerman), Kofi (India), Kofe (Rusia), Café (Prancis), Caife (Irlandia), kafea (Thai), ca phe (Vietnam), dan sebagainya. Penamaan tersebut sebenarnya berasal dari nama tempat asal kopi itu ditemukan di Afrika. Sama halnya dengan keberadaan dan nama kopi di Indonesia. Sebagai turunan bibit kopi Arabika dan Robusta, kemudian ia bernama sesuai tempat seperti kopi Aceh, Gayo, Kintamani, Papua, Bajawa, Jawa, dan sebagainya. Uniknya, dengan asal yang berbeda, citarasanya juga beda.

Dari bahan kopi menyebarlah unit-unit usaha seperti warung dan café. Ikon café terbesar di dunia adalah Starbuck, milik Amerika. Itu yang memiliki nama. Warung dan café terbesar sebenarnya ada di Indonesia, tidak bernama. Bahkan bisa portable, merebak bagai jamur di musim hujan. Lebih-lebih setelah munculnya kopi kemasan. Cepat saji. Keren.

Sebagai penutup, kembali pada kalimat awal sebagai bentuk syukur atas terciptanya kopi. “Untung Nabi Adam membawa bibit kopi dari surga sehingga bisa dinikmati seduhannya juga dinikmati citarasa surgawinya.” Selamat menikmati minuman kopi. Selamat merasakan citarasa surga.

Sumber gambar Nusantaranews

Post a Comment

Post a Comment

This blog tries to share the idea of ​​prioritizing needs over wants. If you have any feedback, please post a comment. Thank you for your visit. I pray for those who visit and/or comment, if they are Muslims, they will go on the Hajj, become rich and enter heaven. Amen!